Semakin jauh ku melangkah kian terasa besar harapku pada-MU

semakin tinggi ku mendaki kian terasa kecil adanya diriku

semakin dalam ku menyelam kian terasa sesal basahkan hatiku

Engkau tak terlihat, karena ku tak pantas melihat-MU

cukuplah karya cipta-MU, mengejawantahkan kuasa-MU

menundukkan sombongku, menakhlukkan egoku

Maafkan perasaan tinggiku yang sesungguhnya rendah

Maafkan pakaian mewahku yang sesungguhnya hina

Maafkan pamer materiku yang sesungguhnya fakir

Maafkan hamba ini..

Saturday, January 23, 2010

Ya Robby..

Ya Robbi.

Ketika desing peluru Kau gantikan dengan gemuruh badai berpacu
Ketika wajah-wajah garang Kau gantikan dengan kekalutan yang meradang
Ketika luka lama Kau gantikan dengan duka nestapa
Ketika secungkil kiamat Kau sematkan di Serambi Mekkah

Saat layar kaca menyajikan kepiluan
Saat surat kabar menghidangkan kepedihan
Saat tak ada yang kuasa menampik kemahakuasaanMu
Saat kami merasa diri ini tiada arti dihadapanMu

Ya Robbi.

Pantaskah saat ini hamba bertanya
Apakah Engkau sedang menumpahkan murka
Ataukah Kau sedang menyemaikan benih cinta

Murka karena tikai tak kunjung reda
Ataukah cinta karena sejatinya kami adalah saudara
Murka karena nafsu saling keras kepala
Ataukah cinta karena kesedihan yang sama dirasa

Ya Robbi.

Bilakah tak ada lagi tatap mata penuh curiga
Tak ada lagi saling sapa dengan moncong senjata
Cukup kiranya putra bangsa mati sia-sia

Wahai saudaraku di penghujung nusa dan di seluruh pelosok negri
Mari jalin jemari merajut kasih
Sungguh teramat mahal kisah yang telah kita warisi
Jangan pandirkan diri dengan apa yang telah terjadi

Afiat Hidayatullah